Hebohku di Pagi Hari

Hari Sabtu, tanggal 10 April 2010
Seperti ibu rumah tangga biasa pada umumnya, terjaga pukul lima pagi, kubuatkan nasi goreng bagi anggota keluarga. Pagi ini, putra sulungku akan berjuang mengikuti Tes Potensi Akademik di SMAN I Denpasar. Dia sudah harus tiba disana pukul tujuh pagi karena tes akan dimulai pukul 07.30 pagi. Namun kami masih harus membeli perangkat alat tulis berupa garisan yang berisi bolong untuk mempermudahnya mengisi bulatan di lembar komputer bagi jawaban yang dia buat. Ah, dimana harus kucari toko yang buka se pagi ini? Sebenarnya, Adi sudah mempersiapkan ini sejak dua hari lalu. Namun berhubung kutukar tasnya, peralatan tersebut tercecer entah dimana.

Kukeluarkan dua motor, satu Yamaha Jupiter MX yang akan dikendarainya menuju lokasi TPA diselenggarakan, dan satu Astrea 800 tercinta yang akan kugunakan mengantar putra bungsu ke SDN 3 Padang Sambian Klod. Walau hanya berjarak 100 meter dari rumah, namun terkadang kuantar dia berangkat ke sekolahnya sebelum beranjak ke tempat kerjaku di Nusa Dua.

Kami beriringan menuju minimarket Yonico yang terletak di depan Perumku, di Jalan Gunung Soputan. Ah. ternyata belum buka. Lalu bergerak kembali menuju minimarket Kembar Artha. Hmm, toko ini juga belum buka, namun kulihat puluhan karangan bunga berjejer berisi ucapan turut berduka cita atas meninggalnya nenek dari pemilik toko ini. Kuminta anakku menunggu di tempat parkiran, lalu kuberanikan diri menghampiri orangtua dari pemilik minimarket yang terlihat sedang duduk disebuah kursi di depan rumahnya. Kusampaikan ucapan turut berduka cita, dan kulanjutkan dengan menyampaikan permohonan maaf beribu maaf untuk membeli perlengkapan seperangkat alat tulis yang kuinginkan. Beliau langsung meminta karyawannya untuk mengambilkan alat tulis yang kumaksud, kuberikan uang senilai harga barang tersebut, tak lupa mengucapkan banyak terima kasih pada mereka, dan segera berlari ke arah anak-anakku. Segera putra Adi, putra sulungku, berangkat menuju SMAN I yang terletak di Jalan Kamboja. Aku bergegas menghantar Yudha ke SDN 3.

Dan,
Kini, urusan dengan Ngurah Arik.
Dia adalah putra Pak Ngurah Sartana dan Ibu Komang Marhaeni, tetanggaku. Demi sebuah layangan yang terjatuh di halaman belakang rumahku, dia melompati tembok tinggi dan masuk ke dalam halaman. Lalu digigit oleh anjingku, Chiko. Kami memiliki empat ekor anjing peliharaan. Semua sebenarnya hanyalah anjing kampung biasa, namun secara rutin divaksin dengan mendatangkan dokter hewan ke rumah. Namun aku bersikeras menghantar Ngurah Arik ke RSU Wangaya untuk mendapatkan suntikan anti rabies. Dan kali ini adalah suntikan yang keduanya. Berboncengan berdua, kami bergerak menuju RS tersebut. Kutunjukkan pada dokter jaga yang sedang bertugas surat pengantar / rujukan yang kudapatkan dari RS Sanglah, pak dokter ganteng ini menuliskan resep pengambilan vaksin di apotik yang terletak disebelah Instalasi Rawat Darurat. Vaksin kudapat, dan Ngurah Arik segera ditangani oleh perawat yang sedang bertugas. Setelah suntik vaksin anti rabies selesai dilakukan, kembali kuhantar dia pulang ke rumahnya.

Selesai urusan bersama Ngurah Arik, kini giliran mengumpulkan info mengenai SMA bagi masa depan anakku. Kukunjungi SMA Dwijendra dan SMA Saraswati, juga kusinggahi SMAN 7 yang sama terletak di Jalan Kamboja, daerah Kereneng. Lalu memasuki halaman SMAN I. Hmm, sekumpulan orangtua kulihat duduk di areal parkiran, sekumpulan lainnya di halaman tengah sekolah. "Pukul 10.00 mereka akan istirahat sejenak sebelum melanjutkan ujian hingga pukul 13.00 nanti" Demikian sahut bapak satpam sekolah dengan ramahnya.

Aku melihat papan pengumuman yang terletak di tengah halaman sekolah tersebut. Nama anakku tertera sebagai peserta di ruang 16. Masih 10 menit lagi mereka tiba pada waktu istirahat. Kulangkahkan kaki mengelilingi areal SMAN I ini, kantin terletak di sebelah Timur, sekelompok pelajar sedang memainkan kendang sejenis tifa, yang lainnya sedang berlatih olahtubuh di tengah halaman. Kumasuki kantin sekolah, mengamati berbagai jenis makanan yang terhidang, lalu mengambil dua bungkus nasi kuning. Semoga anakku mau memakannya sebagai pengganjal perut sebelum lanjut pada ujian tahap berikutnya. Aku lalu bergabung dengan para ibu dan bapak yang juga sama sedang menanti dan memberi dorongan motivasi bagi anak-anak mereka. Tuhan, semoga anak-anak kami berhasil.

Suamiku mungkin bukan orang yang terlibat terlalu intens terhadap hal-hal begini. Ia lebih senang menyerahkan pada anak-anaknya untuk menentukan arah tujuan dan bertanggungjawab terhadap perilaku masing-masing. Tapi aku inginkan anak-anak berhasil dengan baik pada setiap langkahnya, memastikan mereka tidak salah pilih, ingin melihat dan terlibat sebanyak mungkin dengan mereka. Ehm.. mungkin juga, sebagian karena tidak rela terpisah jauh dan memiliki hubungan yang renggang dengan mereka...

Ah, sungguh pagi hari yang heboh.. sama seperti pagi dalam hari-hari lainnya...